Minggu, 15 November 2009

KETOPRAK 2C

Di antara semua sahabat-sahabatku yang aktif ngobrol di FB, ada satu grup yang menjadi favoritku di inbox. Setiap kali aku buka FB, mataku pasti tertuju ke inbox. Kadang sedih jika para mantan penjahat semasa kelas 2 di SMP ternyata tidak mempostingkan komen. Rindu dan jengkel karena serasa dilupakan. Kadang penasaran juga, ada apa dengan mereka?
Bertahun-tahun ibu kriting ini tidak pernah memamerkan kemampuan berbahasa Jawa Timuran karena tidak ada lawan di tanah Pasundan nan elok ini. Waktu tinggal di Jakarta pun saya lebih akrab dengan “loe-gue” daripada “ngomong Coro Jowo” padahal bos banyak yang orang Jokaw. Sejujurnya diri ini masih fasih. Jika ada ujian TOEFL-nya pasti lulus with flying colour!!. Paling juga berlatih dengan ayahanda tercinta yang Jawasentris (nuwun sewu pak, niki Cuma tulisan kok!). Ini berarti saat orang-orang DPR lan MPR sibuk mencari terjemahan atau penterjemah Basa Jawa Timuran silakan menghubungi saya. Gratis lah apalagi demi persatuan dan kesatuan bangsa. 
Alasan inilah yang menjadi pokok pikiran kenapa saya tetap setia dengan penjahat-penjahat SMP saya. Basa jawa timuran yang lekat dengan kepribadian berani bicara karena benar. Semangat arek-arek Suroboyo lah yang menjiwai kenakalan kami. Dulu kami sangat “kreatif” karena bukan nakal biasa. Kelas yang isinya anak-anak cerdas ini malah selalu bikin onar. Obrolan inilah yang kami bahas selama setahun ini. Tentunya dengan Basa Jawa khas Suroboyoan. Semua “kata-kata indah” yang kemungkinan disensor jika tampil dimuka umum, dengan bebas kami praktekkan di inbox tercinta kami. Inilah yang menjadikan kami semua setuju jika judulnya kelompok obrolan ini “Ketoprak 2C”. Sampai sudah sempat beberapa kali ganti judul. Salah satu judul yang menarik adalah “Easy Company”. Ini diambil dari film perang yang berbentuk serial terkenal “Band of Brothers”. Kami memang orang-orang keras kepala yang seperti digambarkan dalam film perang itu. Jika mereka perang melawan Jerman (karena settingnya PD II) maka kami berperang dengan kerasnya kehidupan. Indahnya persahabatan kami seperti tampak dalam film itu. Hilang dan perginya beberapa anggota kelas kami juga mirip dengan film itu.
Obrolan demi obrolan yang mengalir membentuk beberapa topik lucu. Ada yang mengenang hukuman semasa di SMP. Ini seru sebab sekolah kami termasuk sekolah paling prestisius dan penuh disiplin di Surabaya dan terletak di Jalan Pacar, tepat di belakang Gedung Kotamadya Surabaya. Ada juga obrolan tentang pembentukan gank di sekolah. Patut diingat, walaupun berbeda-beda gank kami selalu satu. Ada tiga gank di kelas kami waktu itu Gank Sikhil dan Gank Blethak (ini gank cowok-cowok) kemudian cewek-cewek di kelas ini juga mendirikan sebuah gank, tapi tidak seperti gank cewek jaman sekarang yang penuh dengan kekerasan dan bullying. Kami dulu mengembangkan kegiatan positif, mulai dari belajar bareng sampai menjadi tim sukses kejuaran K-3 (Kebersihan, Keindahan dan Keamanan) sekolah. Ditambah lagi gank cewek-cewek penguasa kelas ini sangat responsive dngan keadaan dunia luar. Saat itu Corry Aquino, mantan presiden wanita pertama Filipina sedang berjuang melawan dictator Marcos dengan menggunakan warna kuning sebagai lambang perlawanan. Kami, gank CJE demikianlah nama gank kami (tapi jangan minta kepanjangannya nanti dicekal), pada hari itu ”memaksa” teman-teman sekelas kami memakai pita kuning sebagai tanda ikut bersimpati atas perjuangan wanita Filipina tersebut. Saat beliau menang,kami bangga bukan kepalang. Pahlawan kami menang. LABAN!!!!
Dilain waktu, saat hari kasih sayang tiba, kami yang notabene bukan cewek popular di sekolah membuat acara Valentine ’s Day sendiri. Saat cewek-cewek popular lainnya sibuk mencari pasangan untuk diajak ke pesta Val’s day. Kami hanya memandang mereka dengan takjub. Hebat mereka. Sudah cantik, beken, punya cowok lagi!!! Wah, berhubung CJE tidak termasuk daftar undangan, maka dengan semangat arek-arek Suroboyo kami membuat acara sendiri dengan bertukar kado di kelas dan kembali menggunakan pita, kali ini pink, untuk merayakannya. Puaaaaas rasanya bisa merayakan sebuah kegembiraan bersama teman sekelas yang sama-sama jomblo. 
Ada titik temu dalam hidup si kriting ini, mungkin ini alas an kenapa sekarang saya terjun bebas ke dunia komunikasi. Saat berdarmawisata ke Yogyakarta, saya tiba-tiba didaulat Gank Sikhil dan Gank Blethak menjadi tukang foto dadakan sebab banyak teman-teman cowok yang ingin memiliki foto sahabat-sahabat terdekatku. Anak CJE memang manis binti cakep tak lupa pinter my man…. Kebetulan si Kriting ini bersahabat dengan dua cewek terpopuler di kelas. Pertama, Susi yang imut, periang dan cerdas kemudian satu lagi Vina, cewek manis pendiam berkulit putih dan pinternya ‘gak kalah dengan Susi. Sementara si Kriting ini hanya golongan manusia biasa yang selalu acak-acakan. Bukan masalah selama jadi sobat anak-anak cakep pasti ikut cakep kan?!. Kumpul anak-anak pinter ikut pinter. So, kalo si Kriting kumpul anak pinter dan cakep ya ketularan pinter plus cakep dwoooonk!!! Dalam perjalanan ke Yogyakarta kami habiskan waktu dengan bercakap-cakap dan menyanyi di kereta api. Saat itulah tukang foto keliling ini beraksi. Jepret sana jepret sini. Hasilnya: Cuma ucapan terima kasih. Tapi senengnya setengah mati sudah membuat orang orang lain bahagia. Untung juga ada yang mau memotret tukang foto keliling ini akhirnya dan foto itu tersimpan dengan rapi sehingga 20 tahun kemudian foto itu muncul sebagai “sweet memory of tukang foto keliling”.
Kenangan manis lainnya adalah saat perpisahan yang dilaksanakan di garasi rumah si Kriting. Kami membuat acara yang benar-benar heboh (untuk ukuran saat itu) ada band, ada tukar-tukaran kado dan foto-foto lucu dengan teman-teman sekelas. Tak lupa mengundang guru untuk meresmikan pesta kami. Kalah kreatif anak-anak sekarang dengan kami saat muda dahulu… Forever Young , I want to be forever young, do you really want to life forever, forever young!!!

Minggu, 02 Agustus 2009

Mama Rock'n Roll, baby!!

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat dihindari. Dulu nasib nenek-nenekku ditinggal oleh kakek-kakekku untuk membela Negara karena mereka adalah anggota TNI. Jaman Bandung Lautan Api mereka sudah sibuk membela NKRI, kemudian saat membasmi Belanda yang menguasai Yogyakarta mereka juga hadir. Demikian pula Bapakku, sang manusia komplit sibuk membela NKRI. Mertuaku juga malah setia di Timtim, sampai keteteran ngurus suamiku yang ketika itu belum jadi suamiku, boro-boro kenal, kebayang jadi istrinya aja nggak. Dulu kuliahnya sempat amburadul karena jauh dari orang tua dan banyak godaan saat usia remaja. Nah sekarang nasibku, boleh dibilang malang, asal jangan malang melintang, nanti orang lain kagok dengan kehadiranku. Suamiku yang kuliahnya menclok sana menclok sini tadi, bukannya jadi tentara tapi jadi abdi Negara alias PNS. Tugasnya ya sama dengan garis nasibnya, persis seperti kakek-kakek dan bapak-bapak kami. Memperjuangkan NKRI supaya keuangan dan pembangunan Negara terjaga. Jadi beliau yang saat itu sudah jadi suamiku, harus keliling Indonesia, tanah air kami, meninggalkan aku dengan nasibku sebagai istri yang ditinggal suami. Tapi bukan untuk orang lain, untuk ibu pertiwi. Nah, ini lah yang selalu aku ingat, ini wejangan buyutku, katanya “Lelaki itu kalau di rumah miliki keluarganya, tetapi sepuluh langkah dari rumah sudah bukan milikmu lagi”. Wejangan yang dulu aku hiraukan sekarang aku indahkan dalam hati, bahwa “Musuhnya wanita adalah wanita lagi”. Ini buktinya musuh bebuyutanku ya ibu pertiwi. Jelas ditilik dari namanya pasti berjenis kelamin wanita. Tapi aku juga kenal dengan ibu pertiwi ini jadi kami para wanita di keluargaku telah berdamai dengan dia. Bisa dikata kami membiarkan suami-suami kami mempoligami kami dengan ibu pertiwi. Ini lebih baik daripada suami-suami kami selingkuh dengan orang lain, mending dengan ibu pertiwi. Begitu mufakat yang dilakukan pendahuluku dan aku laksanakan saat ini.
Karena aku dibesarkan sebagai anak Teng Jend, aku terbiasa dengan banyak fasilitas. Begitu menikah semua fasilitas itu hilang. Apa lagi sekarang orang memanggilku sebagai “Bu Rick”. Bukan penyakit, tetapi itu merupakan kehormatan karena aku berani menikahi “Pak Rick”, suamiku. Awal-awalnya berat, tetapi makin kesini makin berat, wong anak mami nikah sama anak papi. Wuih, semua serba belajar sendiri karena ibu dan ibu mertua nun jauh disana, mau tanya apa-apa jadi urung. Kalau telepon habislah jatah sebulan makan untuk interlokal. Untungnya Ibu mertua rajin mengirim ransum makanan kering dan abon. Ibuku juga tak mau kalah, ikut-ikutan mengirim ransum makanan kecil buatannya. Hebatnya kedua ibu kami itu. Feeling so good punya anak yang nggak bisa apa-apa. Mereka juga mampu memanipulasi bapak-bapak kami agar berkunjung sekaligus mengantar oleh-oleh yang sangat berharga.
Suamiku orang yang hebat, dia tahu istrinya bukanlah koki, Jadi kami tak pernah menyalakan kompor kecuali untuk merebus mie instant makanan kebangsaan kami. Karena banyaknya tugas yang harus dilakukan oleh Pak Rick, maka aku belajar semuanya sendiri. Membereskan alat-alat elektronik, pasang lampu, angkut-angkut kasur dan lemari, belajar naik motor dan nyetir juga sendiri. Untunglah anak kami lahir lahir, kalau tidak jadilah aku wanita mandiri. Mau apa-apa sendiri. Sekarang kami berdua. Mandi berdua, makan berdua, pake baju juga berdua, ke kampus ngajar juga berdua karena kadang di rumah anakku tidak ada yang jaga. Jadi kalau anakku pinter jangan memuji ibunya. Dia emang sudah belajar banyak. Anakku kecil-kecil juga sudah S2, karena sempat aku boyong ikut kuliah dengan ijin profesorku yang baik hati karena aku satu-satunya wanita di kelas saat sopirku nggak masuk. Mungkin sopirku itu bosen jadi sopir plus baby sitter. Untungnya teman-temanku yang berjenis kelamin laki-laki rasa kebapakannya cukup besar, mereka juga mau-maunya kuliah bareng anak umur 6 tahun. Thanks Bro!!!
Mandiri di jaman sekarang wajib hukumnya buat wanita. Beberapa temanku juga suaminya jauh. Ada yang berlayar, jadi TKI ke Korea dan Arab, ada juga yang nggak pulang-pulang seperti Bang Thoyib. Kadang-kadang kami saling membantu mengurus anak-anak dan dapur. Di lain waktu kami saling pinjam meminjamkan dana. Saat lain kami jalan-jalan sekeluarga. Maksudnya keluarga-keluarga tanpa bapak rumah tangga. Kami saling menjaga sebab kami bukan janda, bukan gadis, bukan pula nenek-nenek. Kami kaum yang rentan terhadap omongan orang bahkan lirikan orang. Anak-anak kami juga saling jaga karena mereka “nyadar” dengan kondisi keluarga mereka. Aku masih bersyukur Pak Rick masih bisa pulang dua minggu sekali. Lah, temanku ada yang saat hamil ditinggal, pas suaminya pulang pas melahirkan. Nggak lama ngasuh bayi pergi lagi. Setahun kemudian suaminya pulang anaknya manggil “om, apa kabar?”. Ini dia nggak boleh sakit hati sebab bukan salah siapa-siapa. Foto yang ada kan tidak bisa menggantikan manusianya. Suara di SLJJ juga belum mewakili jiwa yang turut mengisi separuh darah dan separuh daging dalam diri anak-anaknya. Harus berbesar hati karena jadi pahlawan keluarga. Pahlawan tanpa tanda jasa dan tak dikenal baik oleh anak-anaknya.
Pak Rick dulu waktu anak kami sakit juga terpaksa merelakan kami berdua di pelukan kakek dan neneknya. Aku nggak boleh protes karena itu jatah ibu pertiwi. Pak Rick harus adil. Nanti dosa. Aku kan tidak ingin suamiku jadi pendosa. Saat anak kami sudah besar, Hanna namanya, dia sangat komunikatif dan persuasive terhadap bapaknya, Pak Rick. Kadang dia minta mainan-mainan mahal yang ada di tivi kabel kami juga ada kalanya diusirnya Pak Rick karena hari Sabtu aku sudah membereskan tasnya, padahal Pak Rick belum mau pulang. Bukan lagi marahan dg suami, malah kalau marahan aku cuekin dan hasilnya Pak Rick beres-beres sendiri.
Ini cerita lain, judulnya besok kami berencana ke Bandung sekeluarga, vakansi ceritanya. Hanna malah keburu demo. Yah, terpaksa ada acara melepas amarah Hanna dulu sebelum pergi vakansi. Hanna bilang mencari jalan tersesat dengan motor kami si Susi.
Lain waktu, Hanna yang sudah dibelikan HP Cinta Laura karena tamat puasa menelpon Pak Rick. Dia bilang, “Papih mau ganti nama yah? Kok udah lama nggak pulang?”. Mungkin Pak Rick sedang telmi, telat mindahin saluran otak dan jawabannya bikin Hanna marah besar dan mengancam Pak Rick, “Besok kalo Papih nggak pulang-pulang, aku minta Yang Ti (Eyang Putri maksudnya, disingkat supaya cepat dan tepat) buatin bubur merah-bubur putih ganti namanya jadi BANG THOYIB, ngerti!!!”. Telepon ditutup juga mulut Hanna yang mancung balapan dengan hidungnya. Marah.

Selasa, 09 Juni 2009

Hormatku, Bapak...

Bapakku, orang yang aku panggil bapak ini buka bos aku tapi kerjanya memaksakan visi misinya pada diriku. Dia juga mandor aku kerjanya jauh atau dekat memantau gerak-gerik aku. Dia juga memberi aku uang untuk sekolah, kuliah, jajan dan belanja saat Lebaran tapi bukan manajer SDM. Bapakku seorang manusia komplit. Bapakku cuma orang biasa tapi teman-temannya dari berbagai kalangan, ada golongan bawah ada juga pejabat dan jenderal. Kadang aku penasaran Bapakku itu pangkatnya apa. Sampai satu hari aku baca kartu namanya yang jaman tahun 70-an merupakan lambang prestise seseorang. Jadi bapak saat itu “orang gedean”, bukan badannya yang gede tapi tanggung jawabnya. Di kartu tertulis nama beliau dengan ejaan lama tentunya, Soeryo Soedibyo. Di bawahnya ada tulisan: “penasehat”. Nah, bingung lah diriku. Akhirnya aku putuskan untuk bertanya pada kakakku yang tertua. Dia memang paling tua diantara anak-anak Bapak sekaligus yang aku anggap kompeten menjelaskan arti “penasehat” di kartu nama Bapak. Ternyata dia menjawab, “Bapak tuh pangkatnya Teng Jend, artinya kamu belum bisa paham”. Dulu aku cuma menurut saja dengan takzim takut disangka bodoh dan malas diolok-olok oleh keempat kakakku. Sampai saat aku kelas 6 SD sebelum ujian aku disuruh guruku, Bu Harni, untuk mengisi formulir supaya tulisan di ijazah nanti benar katanya. Nah, karena aku merasa sudah paham akan seluk beluk keluargaku maka aku memutuskan mengisinya sendiri sebelum dicek oleh ibuku nanti di rumah. Pada kolom namaku, alamatku, tempat tanggal lahir dan nama orang tua aku jelas lancar, sampai di kolom pekerjaan orang tua, aku ragu-ragu, tapi aku ingat kata-kata sacral kakakku, maka dengan gagah aku tulis “Teng Jend” pada kolom tersebut. Saat itu anak-anak seusiaku hobi mengolok-olok nama orang tua jadi kertas itu aku jaga baik-baik sebab mengandung nama baik keluargaku. Tapi malang seribu kali sayang, Agus Budi teman sekelasku berhasil mengintip dan menyebarkan kehormatan keluargaku itu. Ramai lah kelasku karena berhasil menemukan kehormatan keluargaku. “Hei, Dibyo!” , Agus berteriak-teriak meledek aku yang speechless bercampur marah. Tiba-tiba Rudy teman sebangkuku bertanya pada Agus tentang pekerjaan Bapakku, terbongkar lagi rahasia keduaku di hadapan kelas 6 yang semakin riuh…tapi Rudy berkernyit, “Teng Jend itu Jenderal yah?” tanyanya pada gank anak-anak cowok yang sedang terkena euphoria karena berhasil menguak rahasiaku. Langsung saja aku sahut dengan galaknya, kalah singa betina dengan teriakanku saat itu, “iya, teng jen itu centeng jendraaaaal!! Lebih hebat dari jendral manapun juga, bintangnya saja ada 7, tauk!!’. Sejak saat itu aku lah anak yang paling gagah di kelas karena aku punya ayah jenderal bintang tujuh. Walaupun ketika di rumah, saat aku menceritakan pengalamanku di depan kakak-kakakku dan ibu ku mereka semua sakit perut dan terbahak-bahak. Aku tetap bangga dengan Bapakku.
Bapak memang komplit. Beliau super dad bagi kami. Jago nyanyi , jago nyetir, dan jago masak. Pernah saat bulan puasa Ibu kami sakit dan tidak bisa bangun dari tempat tidur. Terpaksa kakakku yang tertua membagi tugas kepada kami begundal-begundil anak buahnya. Aku paling kecil pasti kebagian jatah membereskan meja makan. Paling mudah tapi repot. Repot karena aku malas bolak balik ruang makan dan dapur membawa piring, gelas, makanan dan lain-lain disertai wejangan-wejangan keempat mandor dadakanku. “Awas, pecah”, “Ati-ati tumpah”. “Liat-liat posisi piring dan garpu,jangan terbalik”. “jangan lupa nasinya” dan masih 1001 wejangan yang aku malas tuliskan karena bisa menghabiskan banyak halaman dan membuatmu bosan membacanya. Bapak memasak mulai jam 3 pagi sampai hampir imsak karena Bapak adalah koki yang perfeksionis. Jadi akhirnya kami makan sahur dengan full speed balapan dengan saat imsak. Tidak boleh marah, bahkan menggerutu karena ini masakan chef terhebat sedunia, demikian penjelasan Bapak sebelum kami makan. Hanya kakak laki-lakiku yang berani manyun, karena setelan dari sononya sudah manyun dan Bapak juga maklum adanya. Bukan karena dia anak emas, sebab kami tau anak emasnya adalah kakakku yang tertua walaupun kulitnya tak secerah yang lain.
Lain waktu, di hari minggu yang cerah. Saat kami diijinkan bangun sesiang-siangnya. Bapak membangunkan kami dan memaksa kami untuk tidak mandi hanya diijinkan gosok gigi. Bahkan tidak ada ijin untuk mengganti piyama kami. Kata beliau kami akan makan soto jenis baru. Wah, berhubung kami penasaran kami bergegas. Di Surabaya, kota tercintaku, pagi-pagi memang wajib makan Soto Madura plus koya, pake nasi yang berbentuk pyramid dibungkus pake daun pisang, sedap. Siang, enaknya makan bakwan malang atau rujak petis atau lontong balap. Malam-malam makan sego goring, sego bebek, atau pecel lele. Kalo ngiler segeralah ke Surabaya. Kita kembali ke kisah happy di hari minggu keluarga kami. Bapak mengeluarkan mobil Kingswood-nya kami semua beramai-ramai masuk dengan tertib. Sebagai anak bungsu aku mendapat kehormatan duduk di depan dengan Ibuku, karena kursi belakang penuh. Setelah berputar-putar, kami menemukan tempat yang dimaksud Bapak. “Nah, itu tempatnya! Disini jualan SOTO MASIH ADA”, dengan bangga Bapak memarkir mobil kami dan turun dengan semangat 45. Kami yang sudah kesal, terpaksa turun. Memangnya kami gak tau apa kalo selama ini plang tempat soto memang tulisannya “SOTO MASIH ADA” bukan “SOTO MADURA”. Tapi untuk membesarkan hati Bapak, kami memuji kelezatan Soto jenis baru hasil temuannya. Kami memuja Bapak seakan-akan Bapak adalah Dubois yang menemukan Pithecantropus Sotoensis.
Saat Bapak menghadap sang Maha Tinggi. Jenderal segala jenderal. Zat yang sangat diagungkan oleh Teng Jend-ku. Aku sibuk menahan luka. Ternyata Bapakku memang Jenderal. Upacara penguburannya disaksikan beberapa angkatan dari TNI. Dipimpin oleh Jenderal bintang tiga. Diberi sambutan oleh profesor. Dipandu oleh voreder yang menarik perhatian kota kecil tempat kami tinggal, dan dikelilingi oleh orang-orang yang menghormatinya. Ada tukang becak yang biasa nangkring di depan rumah, ada tetangga yang hidupnya susah dan pernah dibantu Bapak, ada mantan anak didiknya, juga ada kami, anak dan cucunya yang tak berani menangisinya. Takut beliau bangkit dari kubur melihat kami menangis. “Jangan cengeng kamu!”, bentaknya. Jangan sekali-kali melawan Bapak walaupun sudah tiada. Selamat jalan jenderal!!

Minggu, 05 April 2009

DRIVING MISS JOJO (part I)

Pengalaman mengantar jemput sekolah putriku adalah pengalaman yang unik, walaupun jarak sekolahnya relative dekat dengan rumah, dan waktu yang dibutuhkan sangat pendek, tetapi pengalaman ini sangat menyenangkan. Apalagi saat udara sejuk, angin semilir, dan udara bersih tanpa bau sampah atau bakaran sampah orang lain. Pasti putriku memilih mengendarai motor daripada mobil. Bahkan satu saat nanti kami akan bersepeda ke sekolah katanya.
Di jalan, tentunya setelah berdoa, kami selalu bercakap-cakap, banyak pertanyaan yang keluar dari mulutnya. Dari kejadian sehari-hari, sampai hal-hal yang mendunia. Cerewet memang. Kadang kala pertanyaan-pertanyaan itu sulit dijawab dan membutuhkan waktu yang lebih lama dari perjalanannya. Tapi selama ini aku berusaha menyelesaikan puzzlenya dalam satu kali jalan.
Satu hari dia bertanya, “Bu, kenapa Ibu ‘gak cerai saja dengan Papa?...Papanya temen aku cerai dengan Mamanya soalnya mereka selalu tinggal berjauhan, ‘gak pernah serumah” Wow, sempet kesel juga pagi-pagi mendapat pekerjaan yang sulit. Tapi PR adalah PR harus diselesaikan. Aku balik bertanya, “Emang mau kamu punya oaring tua yang cerai?”. “Mau , Bu…’kan rumahnya jadi dua, Papanya jadi dua. Enaknya lagi kalo bosen ama Mamanya, temen aku bisa tinggal di Papanya. Minta uang jajannya juga jadi bisa dua kali”, jawabnya polos. Aduh, ini sih musti putar otak dulu. Akhirnya kami sampai di sekolah. Dia turun dari boncenganku dan menjulurkan tangannya, “Bu, jajannya mana?… Assalamualaikum”, sambil mengambil uang sakunya ia tertawa-tawa. Entah karena senang telah membuatku terdiam atau memang senang bisa membuat keributan di sekolah seperti aku dulu.
Ketika tiba saatnya pulang sekolah, HP-ku berdering, tanda tugas muliaku memanggil. SMS dari Miss Jojo: “Mam cpt jmpt”. Aku bereskan buku-buku yang berserakan di meja kantor dan berbegas menuju sekolah. Untungnya jam istirahat kantor jadi semua orang bebas melakukan kegiatan pribadinya. Mulai dari salat sampai menenangkan cacing perut. Aku memilih menjalankan tugas muliaku, driving Miss Jojo home. Biar panas dan hujan. Namanya saja tugas mulia, perlu keteguhan hati dan tetap harus dijalankan.
Tiba di depan sekolahnya, putriku berlari-lari masih dengan pipinya yang tembem, dan gigi ompongnya. Langsung dia naik motor dan mulai bercerita tentang aktivitasnya di sekolah. Hal pertama yang dilakukannya memamerkan uang sakunya yang masih kembalian, artinya dia bisa menabung hari itu. Tiba-tiba dia bertanya lagi, “Mim, gimana mim, jadi ‘gak cerai?” tanyanya santai. Aku tergelak. Dia ikut tertawa. “Mbak, emang tahu artinya cerai?”, tanyaku. Dia menggeleng dan menyatakan ketidaktahuannya. “Mbak, cerai itu artinya Mama & Papa bukan hanya tidak satu rumah, tapi kita tidak boleh serumah lagi, karena ikatan pernikahan kita sudah putus. Mama & Papa ‘gak bisa manja-manjaan lagi. Kerja Mama & Papa membesarkan kamu jadi lebih repot lagi karena harus berdiskusi jarak jauh terus. Kalau kamu kepengen punya rumah banyak, bisa liburan kesana-kemari bukan cerai solusinya, tapi doakan Papa & Mama supaya banyak rejekinya jadi kita bisa beli rumah lagi, bisa jalan-jalan bertiga ke mana pun kamu mau. Kalau pengen jajan lebih banyak, jangan melanggar aturan. Jadi tidak ada hukuman pemotongan uang jajan. Kata siapa enak punya orang tua cerai, nanti kita ‘gak bisa tidur bertiga lagi dan begadang sampai malam kalau malam minggu. Soalnya orang cerai tidak boleh berguling-gulingan di kasur, seperti apa yang biasa kita lakukan tiap Papa pulang. OK, Mbak?”, aku mengakhiri ceritaku sambil memakir motor didepan warung bakso favorit Miss Jojo. Tampak sinar di mata bulatnya, bahagia. Entah karena akan makan bakso, atau sudah menentukan pilihannya. Pelajaran kehidupan memang tidak ada bukunya. Semoga putriku bisa mengambil hikmahnya.

SALUTE TO NATURE



Sejenak kita terhenyak dengan kenyataan yang ada, ketika sebuah bencana alam terjadi di tengah kota, kita baru menyadari bahwa betapa lalainya kita sebagai manusia. Betapa naifnya kita saat itu ketika kita memandang ketidakmungkinan. Sehebat apapun sebuah bangunan, sebuah alat, sebuah tenologi itu semua hanya buatan manusia. Manusia bukanlah Tuhan Sang Maha Sempurna. Oleh karenanya kita tidak boleh lalai. Lalai dalam memantau keadaan sekeliling kita. Baik itu secara fisik maupun moral. Betapa sulitnya mengatakan kepada manusia betapa pentingnya menjaga hubungan.

Alam di satu sisi adalah rekan manusia dalam berkehidupan. Alam membantu kelangsungan hidup manusia. Alam memberi makan manusia dan memberikan semua kebutuhan manusia, baik sandang, pangan, maupun papan. Bahkan alam mampu menjadi alarm bagi manusia saat akan terjadi sebuah bencana. Alam tidak serta merta marah tanpa sebab. Sayangnya di satu sisi manusia kurang tepa sliro, kurang tanggap, dan kurang peduli dengan segala kebaikan alam. Membaca karya Sonny Keraf (2002) tentang Etika Lingkungan, beliau menjelaskan tiga hal yang banyak dilupakan oleh manusia.

Pertama, respect for nature, menghargai alam sebagaimana alam telah berikan kepada kita. Ketika kita mengambil air maka kita harus mau menanam lereng-lereng pegunungan sebagai lahan penyangga dan menjaga daerah sekitar tempat mata air dan aliran sungai. Kedua, moral responsibility for nature, hal ini membuktikan bahwa manusia adalah kalifah/pemimpin di muka bumi ini. Memiliki akal untuk memikirkan tanggung jawab social kita kepada alam yang telah membesarkan manusia selama ini. Manusia yang bertanggung jawab akan memulai hidupnya dengan tidak membuang sampah sembarangan, memilah sampahnya, menggunakan air dan listrik secara bijak. (Apakah anda salah satu orang yang aktif dalam Earth Hour tgl 28 Maret kemarin?). Ketiga, cosmic solidarity. Secara sadar kita tahu bahwa setiap kejadian di dunia ini saling berhubungan. Seperti efek domino, pemanasan global dipercaya oleh orang-orang Hollywood, akan membuat bumi menjadi seperti apa yang ada di film “Waterworld” karena semakin luaslah daerah perairan di muka bumi ini setelah mencairnya kutub utara akibat pemanasan global.

Oleh karenanya pendidikan akan lingkungan bukan harus menjadi sebuah mata pelajaran di sekolah, namun sudah harus menjadi bagian dari setiap keluarga di Indonesia. Membuang sampah pada tempatnya, adalah hal pertama yang harus diajarkan kepada balita kita. Dengan demikian kita tidak menciptakan generasi penyampah dunia. Save the earth for next generation!

Kamis, 12 Maret 2009

Do you hear my heart beating?

every body has their own love story, one of my friend has too... and it was so sad, even i cry when i write it here... (dedicated to my friend, diandra, who suffered from love)

I know it was 23 years ago... time after time you hide all the pains inside. You always miss him. eventhough you never let anybody knows about it. It was so beautiful story i envy too. you love him and try to save him from something that will hurt him. He loves you with all the love and the passion inside. He teaches you all about love.... he gives you the blue print of love....until one day, then he left you without any notice. You hurt, really hurt inside...you lost deep inside the jungle of love that you build with him... alone...all alone...
Diandra, you fall in a deep dark well and try to hide the scratces that he gave to you... you try, and try and try to hide and to heal the wounds... until last month...
when you saw him and try to contact him... you think you're strong enough to face the truth, but look diandra, ...you only hurt yourself!!! again and again...
kneeling and cry again... there is no second change for you my dear...

Diandra, seandainya dia tau betapa kasih sayangmu tak pernah bisa tergantikan dg apapun, bahwa semua cinta yg ada dlm dirimu hanya untuk dia, dan bahwa hidup yg kau jalani saat ini adalah topeng yg selalu berusaha kau tunjukkan pada semua orang....
hanya aku seorang yg tau, saat doa2 itu kau panjatkan, saat semua org memandangmu hebat, saat kau terpuruk di sudut ruangan menggapai2 asa tentang kehadirannya...
seandainya aku mampu menghapus semua derita itu, diandra...
tunjukkanlah jalannya,
kau telah berusaha menghilangkan kebencian itu, kau telah berusaha melupakan mimpi2mu bersama dia... tp kau belum bisa melupakan setetes cinta yg pernah
kau rasakan bersamanya, jangan sayang.... lupakanlah ia

Diandra cintaku,
saat ini aku tak mampu membantumu... beribu doa tlah aku iringkan atas dirimu
beribu detik aku luangkan utk menenangkanmu
tapi cintaku,... ini adalah titik pemberhentian cintamu!
relakanlah dia pergi... biarkanlah dirimu bebas...
tolonglah dirimu sendiri, Diandra
kali ini dia hanya melirikmu, hanya sesaat, dlm hatinya sudah tdk ada semua kenangan akan dirimu... biarkanlah dirimu bebas....
terbanglah diandra, lupakanlah cintanya...
tidak akan pernah kau genggam kembali mawar2 itu.........
mawar2 yg hadir setiap ulang bulan
yg selalu membuatmu tersipu...dan kau simpan hingga kering
Diandra, sadarlah sayang....derita cinta ini akan berakhir jika kau mengakhirinya

Selasa, 17 Februari 2009

The Power of Dream

ini sebuah pengalaman hidup yang all of you sudah tau... pasti lah!! bahwa mimpi mampu membawa kita menuju sukses yang kita inginkan. teori2 manajemen strategik juga mengatakan bahwa sebuah organisasi wajib 'n kudu punya tujuan untuk dicapai, sehingga dalam perjalanan menuju tujuan tetap fokus.
Walt Disney yg terkenal dg taman bermainnya dan film keluarga, juga seorang pemimpi dan akhirnya mimpinya menjadi nyata.
Martin Luther King juga pemimpi, buktinya pidato beliau yg terkenal dimulai dengankata2 "I have a dream..."
Speilberg seorang sutradara terkenal hollywood juga seorang pemimpi.
dan... aku seorang Roro, juga berhasil membuktikan mimpinya hari ini. Mimpi ini diawali 23 tahun yang lalu ketika Roro adalah remaja yang rajin menulis diary dan curhat pd sang buku yg sangat dipercaya gk akan membocorkan rahasia, di dalam buku itu banyak mimpi yang ia kejar tertuang dan beberapa mimpi itu sudah terbukti saat ini telah terjadi.
seorang Roro bukan orang hebat, tapi kekuatan mimpi menjadi kekuatan batin untuk dapat meraih angan2nya... bertahun yang lalu itu hanya mimpi, saat ini Roro sedang menikmati mimpinya.
"keep dreamin' my friends, believe it and your dreams will come true"